remember one thing...shit always happens...

Sabtu, 07 September 2013

Prolog

Cintai Ibu Pertiwi dari apa yang kamu lihat!
Jangan benci Ibu Pertiwi dari apa yang belum kamu lihat!.
-gie-
_________________________________________________________________________________

Tahun 2003,- adalah tahun pertama saya naik gunung, dan gunung pertama yang saya daki adalah Gunung Tangkuban Parahu, Lembang, Bandung, yang tentunya tidak melalui jalur pariwisata yang saat itu sudah bisa menggunakan kendaraan untuk menuju atas Tangkuban Parahu, tapi melalui jalur lain melewati daerah latihan militer Tentara Negara Indonesia.
Tahun berikutnya sampai 2007 saya masih rutin melakukan pendakian hampir setiap libur semesteran. Sampai pertengahan 2007, entah apa alasannya, saat masuk bangku perkuliahan saya sudah mulai melupakan pendakian. Alasan utama yang lebih kuat mungkin tidak ada ajakan dari kawan atau siapa pun untuk mendaki. Pernah sekali mampir ke markas himpunan pencinta alam yang ada di kampus saya, dengan niat bergabung dan melanjutkan kecintaan saya terhadap alam tentunya. Tapi karena satu dua hal yang ga bisa saya sebut disini, saya menarik kembali niat mulia saya untuk bergabung. Alhasil, semakin jauh saya dari rutinitas 6 bulanan saya.
Ditambah lagi, setelah perkenalan sepihak saya sama YUI (penyanyi, pemain gitar dan pencipta lagu asal Jepang), membangkitkan kecintaan saya terhadap Jepang yang secara otomatis mengikis rasa nasionalisme dan kecintaan saya terhadap Indonesia. Itu semua dikarenakan perbandingan Jepang dan Indonesia yang selalu saya utarakan setiap saat. Kalian bisa bayangkan, Indonesia kalah banyak sama Jepang dari berbagai hal; teknologi, olah raga, pemerintahan, seni, dan beberapa hal lainnya. Dan meningkatnya kekaguman saya sama Negeri Sakura, dilanjutkan mengikisnya kecintaan saya sama Indonesia, secara tidak langsung kian mengurangi hasrat saya untuk menjamah tanah-tanah indah di Ibu Pertiwi.
Tapi bukan berarti saya berhenti total dalam penjamahan alam. Saya masih sering menyapa alam Indonesia, walaupun hanya sekitaran Jawa Barat dan Banten, itupun karena hoby sebagian banyak kawan-kawan saya adalah ‘ngalor-ngidul’ bepergian dan berwisata. Beberapa  gunung kecil, air terjun, pantai dan beberapa kawasan wisata udah saya jamahi, dan menurut saya itu termasuk dalam kata ‘menjamah’ alam.
Tapi entah mulai kapan saya kurang ingat, saya mulai memperbincangkan keindahan Indonesia dengan salah satu kawan perempuan saya yang waktu itu sedang menimba ilmu juga di kota kembang, hanya saja kampus kita berjarak 1 jam lebih perjalanan menggunakan bis kota. Dan seingat saya, saat itu saya mulai mengelola blog ini dan saya sering membaca isi blog kawan saya ini. Ada beberapa tulisan di blog kawan saya ini yang membuka mata saya tentang indahnya Ibu Pertiwi.
1 pelajaran yang saya ambil dari kawan saya yang satu ini, yang jujur saja cukup menampar saya saat itu; cintai Ibu Pertiwi dari apa yang kamu lihat, jangan benci Ibu Pertiwi dari apa yang belum kamu lihat!. Saya belum menjamah seluruh tubuh Ibu Pertiwi, tapi saya sudah berani membenci Ibu Pertiwi hanya dari apa yang saya dengar.
_________________________________________________________________________________

Pertengahan 2012,- strategi mulai disusun, amunisi mulai dikumpulkan.
Outdoor equipment saya yang sempat tercecer di beberapa kota di 2 provinsi yang bertetangga mulai disatukan kembali. Pemilihan tempat, waktu dan personil mulai dilakukan. Tekad sedikit demi sedikit dibangun kembali, pondasi niat diperkuat, tiang-tiang keinginan ditinggikan kembali. Sudah bulat tekad ini untuk mencintai Ibu Pertiwi, sudah kuat hasrat untuk menjamah Ibu Pertiwi.
Ciremai, Semeru dan Rinjani menjadi 3 kandidat tempat yang siap dijamah, pertengahan tahun 2012 lalu 3 puncak ini ditentukan. Personil saat itu hanya terkumpul 3 orang; saya, b-jay, cangak, dan keduanya itu kawan SMA saya di La Tansa. Dan waktu pun sudah disepakati yaitu tahun baru 2013. Setelah googling beberapa gambar dan info tentang 3 kandidat tempat, dan setelah perhitungan estimasi biaya dan lain sebagainya, semeru lah yang mencukupi beberapa kriteria, diantaranya; biaya, penawaran panorama, serta jarak dari bandung.
Masing-masing kita mulai mengumpulkan segala hal yang dibutuhkan terutama materi, pemesanan tiket sudah mulai digarap, dan booking tempat dan waktu di semeru pun pasti sudah mulai digarap (karena waktu itu saya kira sistem pendakian semeru adalah online booking seperti halnya TNGP). Namun, kekecewaan muncul karena kabar dari website resmi TNBTS mengatakan bahwa pendakian di gunung semeru ditutup sampai akhir januari 2013 (kalau tidak salah), disana tertulis bahwa pihak pengelola TNBTS sedang melakukan pemulihan ekosistem dan pembersihan total setelah pendakian masal yang diadakan oleh salah satu merek outdoor equipmentdalam negeri bulan september 2012 lalu. 
Kecewa? betul, sedih? pasti, tapi kesal dan marah lah yang dulu lebih saya rasa. Tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab menjadi penyebab pupusnya mimpi saya menyambut tahun baru 2013 di tanah tertinggi di pulau jawa ini. Naifnya, saya marah bukan karena kotornya semeru, tapi karena rencana saya yang hancur berantakan (maklum, masih dalam taraf ‘mulai’ mencintai.hehe). Dan akhirnya, rencana diundur ke beberapa bulan berikutnya, yang saya yakin saat itu tidak akan terwujud.
Benar saja, mulai menikmati kesibukan masing-masing, ketiga kita tidak lagi membicarakan semeru. Terakhir kali saya ingat, pembicaraan serius tentang semeru setelah film 5 cm dirilis dan kebetulan saya dan cangak sudah menonton film tersebut. Itu terakhir kali kita berbicara serius tentang trip ke semeru, selebihnya saya anggap hanya basa-basi saja. Peralatan pun mulai tercecer lagi, dan saya pun mengisi suasana tahun baru di 2 pantai yang tak kalah indahnya, Ujung Genteng dan Sawarna.
_________________________________________________________________________________

Maret 2013,- Ihsan (alias bombom, alias ichan), kawan ngampus saya ini mengajak saya niis di Gunung Cikuray, Garut. Tanpa basa-basi, saya langsung mengiyakan ajakan tersebut. Secara, peralatan pribadi saya sudah bisa dibilang lengkap, meski seadanya dan sebagian hasil pinjaman. Kebetulan juga, waktu itu saya sedang asik-asiknya berfotografi ria menggunakan kamera dslr untuk pemula yang baru saya beli bulan itu juga. Merasa ada tempat baru untuk hunting foto, saya tanpa ragu mengiyakan ajakan kawan saya ihsan.
_________________________________________________________________________________

Juni 2013,- Juwita (alias joe, alias wita), kawan MTs dan SMA saya di Daar El-Qolam, menanyakan tentang trip ke semeru; biaya, waktu, dan persiapan lainnya, dan saya merasa ada peluang baru untuk menjamah lagi.
Wita memperkenalkan saya ke Diah (kawan Wita di kaskus (katanya)).
Koordinasi saya secara otomatis ke Diah seorang, itupun via telepon, sms dan bbm. Tapi itu lebih dari cukup, karena Diah mengkoordinasikan segala hasil meeting mereka (Diah dan personil lainnya) dengan amat sangat jelas dan terperinci. Jadi, tidak ada kebingungan yang saya alamin, bahkan kepercayaan saya sangat tinggi meski saya belum bertatap muka sekali pun. Tapi saya rasa itu mungkin karena rasa bahagia yg saya rasa, karena membayangkan saya akan menjamah semeru (sekedar info: saya orang dengan tipe yang mengiyakan banyak hal saat dilanda kesenangan yang teramat sangat).
Persiapan tak terlalu repot lagi buat saya, terutama peralatan. Karena sebelumnya ada 2 pendakian yang gagal saya laksanakan sebelumnya, Semeru (tahun baru 2013) dan Rinjani (info lagi: sebelum ajakan Wita, saya udah ngerencanain ikut kawan saya yg ke Rinjani setelah memiliki tiket promo pesawat Jakarta-Bali setahun lalu, tapi saya bukan termasuk yg memiliki tiket promo tersebut).
Perlengkapan tinggal melengkapi beberapa saja. Tapi sulitnya, justru peralatan yang amat sangat penting yang belum ada, terutama carrier. Alhamdulillahnya, beberapa minggu sebelum hari-H, saya sudah memiliki carrier 60 liter yang “meskipun” bukan carrier yang saya idam-idamkan. Dan beberapa peralatan lain yang belum lengkap saya pinjam dari beberapa kawan saya yang aktif di Himpunan Pecinta Alam kampus saya dulu.
Tiket kereta Bandung-Malang dan Malang-Bandung sudah ditangan, peralatan sudah all packed di kamar kost saya, mental, tekad dan niat sudah sangat matang, tinggal fisik yang harus saya persiapkan. Dan beberapa hari lagi, saya siap menyapa Mahameru.


Carrier saya. 

Tiker kereta.

_________________________________________________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar